Rabu, 18 Februari 2015

CERPEN BUDAYA TARI GANDRUNG Pada sabtu pagi, pukul 06:00 Diana bergegas berangkat sekolah dengan menggunakan sepeda motor barunya, hadiah dari orang tuanya karena mendapat juara 1 di kelasnya. “ Asyik sepeda baru. “ kata Diana yang sedang menaiki sepedanya. Sesampai di sekolah Shinta sahabat Diana itu memanggil dari belakang. “ Diana tunggu aku….” ucap shinta . Bel pun berbunyi tanda sudah masuk kelas, Diana dan shinta pun tampak gembira karena ini hari terakhir mereka masuk sekolah sebab akan libur panjang. Bu guru pun datang dengan bembawa sebuah buku sejarah. “ Assalamu’alaikum Wr.Wb, selamat pagi anak-anak… “ kata bu guru yang tampak bersemangat. “ Waalaikum salam, selamat pagi bu..” jawab dengan nada serentak dari murid-murid di kelas itu. “ bu guru di sini akan bercerita tentang Budaya Tari Gandrung Banyuwangi, siapa yang tahu tentang sejarah tari gandrung? ” dengan memandang murid di kelas itu. “ saya tahu bu… gandrung pertama kalinya di tarikan oleh para lelaki yang di dandani seperti perempuan. “ kata shinta yang sok tau itu. “ ya benar…. Namun demikian, gandrung laki-laki ini lambat laun lenyap dari banyuwangi sekitar tahun 1890an, yang di duga karena ajaran islam melarang segala bentuk berdandan seperti perempuan. Nah sekarang, siapa yang tahu tentang tata busana gandrung? ” Tanya bu guru. “ saya bu…. Bagian tubuh terdiri dari baju yan terbuat dari beludru berwarna hitam di hias dengan ornament kuning emas serta manik-manik yang mengkilat dan berbentuk leher botol yang melilit leher hingga dada.” kata Diana yang membaca dari buku catatannya. “ ya bagus, ada juga bagian leher tersebut di pasang ilat-ilatan yang menutup tengah dada sebagai penghias bagian atas, sedangkan bagian pundak dan separuh punggung di biarkan terbuka. Pada bagian lengan di hias masing-masing dengan satu buah kelat bahu dan bagian pinggang di hias dengan ikat pinggang dan sembong serta di beri hiasan kain berwarna-warni sebagai pemanisnya. Selendang selalu di kenakan di bahu. Siapa yang mau bertanya tentang tari gandrung?” tanya bu guru . “oh ya, tari gandrung biasanya ditarikan pada saat acara apa saja bu?” Tanya shinta yang sedang mengangkat tangannya. “ biasanya acara perkawinan, pethik laut, khitanan, tujuh belasan dan acara resmi maupun tak resmi. Nah semua sudah paham kan tentang sejarah tari gandrung, jadi kita harus melestarikan dan menjaga budaya kita salah satunya tari gaandrung dan bel sudah berbunyi waktunya pulang dan selamat berlibur anak-anak, Assalamu’alaikum wr.wb.” Jawab bu guru dengan menutup buku sejarah. “ waalaikum salam, buguru” jawab murid-murid di kelas itu. Diana dan Sinta pun pulang bersama, pada saat di perjalanan pulang Diana pun bertanya kepada sahabatnya. “ Shin, besok kan hari minggu kamu ada acara ngak?” Tanya Diana yang agak ragu. “ nggak memangnya ada apa Diana?” ucap shinta. “ mau gak besok kamu ikut aku di Banyuwangi ke rumah pamanku “ kata Diana. “ ok, dengan senang hati.” Jawab shinta dengan nada gembira. Keesokan harinya tepat pada hari minggu pukul 07:00 pagi, Shinta mengemas barangnya di dalam tas. Sedangkan Diana sedang mengelap sepada motor barunya. lalu Diana menjemput shinta yang sudah menunggu di pintu gerbang rumah shinta. Pukul 08:30 shinta dan Diana pergi ke Banyuwangi untuk menginap di rumah pamanya, Sebelum sampai disana Diana melihat Suasana ramai di Taman kota, Banyuwangi. Diana pun penasaran disana ada apa kok ramai ya, lalu Diana bertanya pada shinta. “ Ada apa itu ya Shin. Kok rame banget?” Tanya Diana kepada Shinta. “ Aku juga tidak tahu ..” jawab Shinta Karena Diana dan Shinta semakin penasaran ,lalu mereka mempunyai ide. “ Bagaimana kalau kita kesana aja biar tau disana ada apa?” kata Shinta “ Ayo deh, kita kesana aku juga ingin tau”. Jawab dina Akhirnya Diana dan Shinta . bergegas menuju tempat yang membuat mereka penasaran. Sesampai di sana Diana dan Shinta bertanya kapada seorang ibu penjual kue yang berada di pinggir jalan, lalu shinta bertanya ke ibu penjual kue itu. “ bu ma’af mengganggu sebentar! saya mu bertanya, apakah ibu tahu di sebrang jalan sana kok suasananya ramai, banyak orang bergegas kesana?.” Tanya shinta yang sok kenal itu. “ Di sana katanya di pantai boom, Banyuwangi ada festival Paju Gandrung.” Jawab ibu pedagang kue itu. Lalu Diana dan Shinta berangkat menuju pantai boom. Di jalan sangat ramai, cuaca panas dan macet. Setelah menunggu beberapa menit Diana yang sedang menggonceng Shinta terus melaju pelan-pelan karena jalannya ramai dan macet. “ Wah..! cuacanya panas ya shin, macet lagi.” Gumamnya Diana. Akhirnya Diana dan Shinta pun sampai tempat tujuan yang membuat mereka penasaran. “ wooow! Keren Shin. Disana banyak orang yang menari tarian gandrung.” Kata Diana dengan menepuk tanganya. “ Ho’o, bagus dan cantik lagi penarinya ya!, Aku kok jadi ingin menari gandrung seperti mereka ya.” Ucap Shinta. “ aku juga, oya! bagaimana kalau kita belajar sama tanteku, dia dulu pernah ikut paju gandrung seperti ini.” kata Diana sambil mengangkat jari telunjuknya. “ ya udah nanti kita belajar sama tantemu. Tapi sekarang kita makan dulu ya, aku lapar nih?.” Kata shinta sambil memegang perutnya. Saat Diana dan Shinta hendak pergi makan di restoran, Diana melihat pamannya yang bernama paman Rudi itu yang hendak masuk ke restoran. “ paman!” teriak Diana. Diana dan Shinta pun berlari menyusul paman Rudi. Lalu mereka berdua makan bersama. Setelah makan di restoran mereka melihat paju gandrung lagi dengan paman Rudi. “ paman, aku ingin belajar tari gandrung seperti mereka!” kata Diana yang agak manja “ ya belajar sana sama tantemu dia kan bisa tari gandrung, mumpung dia ada di rumah paman.” Jawab paman Rudi Hari sudah sore acara festival paju gandrung itu pun sudah selesai. Diana dan Shinta pulang ke rumah paman Rudi untuk menginap beberapa hari. akhirnya mereka sudah sampai di rumah paman Rudi, Diana dan Shinta pun beregas masuk kedalam rumah. “ wah..! rumah pamanmu besar ya, seperti istana” Ucap Shinta. “ yaiyalah, ya sudalah kita masuk ke kamar kita lelah dan capek nih mau istirahat, tapi mandi dulu ah!” kata Diana. “ iya aku juga bau nih.” Jawab Shinta. Setelah mereka mandi, tante Diana yang bernama tante Eli pun datang. Diana pun bertanya tentang belajar tari gandrung. “ dulu kan tante bisa tari gandrung, tolong ajarin ke aku ya, soalnya aku ngin bisa tari gandrung seperti tante?.” Kata Diana. “ aku juga ya tente ajari aku sampai bisa” ucap Shinta. “ baiklah, dengan senang hati.” Jawab tante Eli. Satu minggu sudah berlalu, merekapun giat berlatih dengan sungguh-sungguh. Tak terasa Diana dan Shinta sudah mulai masuk sekolah. Pada saat Diana dan Shinta hendak masuk kelas mereka melihat di mading kalau di sekolahnya akan mengadakan lomba tari gandrung. “ wah..! kita harus ikut shin, soalnya kan kita sudah belajar tarian gandrung.” Kata Diana. Hari yang di tuggu Diana dan Shinta pun telah tiba lomba tari gandrung pun sudah di mulai, Diana dan Shinta mulai menari tari gandrung yang di ajar kan oleh tantenya. Lalu lomba pun selesai dan setelah itu akan di umumkan pemenangnya. Akhirnya Diana dan Shinta mendapat juara satu di sekolahnya. …..TAMAT…..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar